Transparansi Adalah Benteng Terakhir, Islam Serukan Lawan Setiap Penyalahgunaan Kekuasaan!

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id — Dalam pandangan Islam, kekuasaan tanpa transparansi adalah sumber kezaliman. Islam menegaskan bahwa keterbukaan adalah bagian dari amanah kepemimpinan, karena setiap penguasa akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya. Ketika kekuasaan dijalankan tanpa kejujuran dan pengawasan, maka penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang menjadi keniscayaan.

Islam: Keterbukaan Adalah Amanah Kepemimpinan

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan janganlah kamu sembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya maka sesungguhnya hatinya berdosa.” (QS. Al-Baqarah: 283)

Ayat ini mengandung pesan moral yang dalam bahwa menutupi kebenaran dan menyembunyikan informasi publik adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah. Dalam konteks kekuasaan, menutup akses informasi berarti memutus hubungan kepercayaan antara pemerintah dan rakyat.

Islam memandang keterbukaan sebagai wujud tanggung jawab pemimpin di hadapan Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi fondasi moral bahwa kekuasaan harus dijalankan dalam terang, bukan dalam kegelapan kebohongan dan penyembunyian data publik.

Kekuasaan Tanpa Transparansi Adalah Kezaliman

Islam menolak segala bentuk kekuasaan yang dijalankan tanpa kontrol rakyat. Ketertutupan melahirkan korupsi, manipulasi, dan ketidakadilan. Rasulullah SAW memperingatkan dalam hadis lain:

“Tidaklah seseorang diberi jabatan memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menggambarkan betapa beratnya dosa pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan dan menutup-nutupi kebenaran. Ketika transparansi hilang, rakyat kehilangan hak untuk mengawasi, dan negara kehilangan moralitas kepemimpinannya.

Transparansi bukan sekadar prosedur birokrasi, tetapi merupakan bagian dari etika Islam yang luhur. Dalam nilai al-‘adl (keadilan) dan ash-shidq (kejujuran), Islam menuntut setiap pemimpin agar berkata benar, membuka kebenaran, dan berani menegakkan hukum tanpa pilih kasih.

Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.” (QS. An-Nisa: 135)

Ayat ini menegaskan bahwa transparansi dan keadilan tidak boleh dikorbankan demi kepentingan pribadi atau kelompok. Setiap kebijakan negara harus terbuka agar keadilan dapat ditegakkan di hadapan publik.

Islam Serukan Perlawanan terhadap Penyalahgunaan Kekuasaan

Islam memerintahkan umatnya untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar — menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, termasuk dalam urusan pemerintahan. Kewajiban ini menjadi benteng moral melawan segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan.

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” (QS. Hud: 113)

Ayat ini adalah peringatan keras agar umat tidak membiarkan kekuasaan berjalan tanpa pengawasan moral. Dalam sistem kenegaraan, rakyat berhak menuntut keterbukaan karena itu bagian dari jihad melawan kezaliman.

Penutup: Cahaya Kebenaran Adalah Syarat Keadilan

Islam menegaskan, negara yang berdaulat dan bersih hanya dapat berdiri di atas dasar keterbukaan. Setiap pemimpin wajib menjadikan transparansi sebagai kompas moral, bukan sekadar tuntutan administratif.

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat dan menyembunyikan kebenaran.” (QS. Al-Anfal: 58)Keterbukaan bukan sekadar alat kekuasaan, melainkan ibadah sosial yang menjaga keadilan dan mencegah kebinasaan bangsa. Islam menyerukan: Lawan setiap bentuk penyalahgunaan kekuasaan dengan cahaya kebenaran, sebab di situlah letak kekuatan moral umat dan keselamatan negara.

Share This Article