muslimx.id — Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga, menegaskan pentingnya mekanisasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor pangan nasional. Penggunaan alat dan mesin pertanian modern dinilai dapat menekan biaya produksi, meningkatkan hasil panen, mengangkat kesejahteraan petani.
“Kalau produktivitas naik, kesejahteraan petani juga meningkat,” ujar Lamhot.
Lamhot menyerahkan bantuan CSR BRI senilai Rp2,7 miliar kepada masyarakat Tapanuli Utara, meliputi: traktor roda empat, mesin panen padi, penggiling padi, dan hand traktor. Bantuan ini ditujukan untuk penguatan kapasitas tani dan pengembangan pariwisata di Salib Kasih dan Huta Ginjang.
“Pembangunan harus dimulai dari bawah. Ketika rakyat kuat, ekonomi bangsa ikut kokoh,” tegasnya.
Partai X: Teknologi Tak Boleh Menghapus Peran Petani Kecil
Menanggapi kebijakan tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, memberi peringatan penting mekanisasi tidak boleh menjadi ancaman bagi petani kecil.
“Tugas negara itu tiga melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Karena itu, mekanisasi harus berpihak kepada petani, bukan korporasi besar,” tegasnya.
Partai X menyoroti: kebijakan mekanisasi sering disusupi kepentingan industri alat berat, petani kecil berisiko terbebani utang pembelian mesin, teknologi yang tidak dikawal keadilan bisa menggusur petani dari lahannya.
“Jika mekanisasi tanpa keadilan, petani kecil akan tergeser. Kita tidak boleh membiarkan lahan rakyat dikuasai mesin tanpa manusia,” kata Prayogi.
Pandangan Islam: Kemajuan Tidak Boleh Merusak Keadilan Sosial
Islam memberi prinsip dasar bahwa teknologi dan kekuasaan harus digunakan untuk menegakkan keadilan, memuliakan manusia, dan menjaga keseimbangan alam.
Allah berfirman:
“Dialah yang menjadikan kamu dari bumi dan memakmurkannya.” (QS. Hud: 61)
Ayat ini menegaskan bahwa pembangunan harus berpihak pada manusia yang mengolah bumi termasuk para petani kecil.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah)
Kebijakan modernisasi yang menyingkirkan petani kecil adalah bentuk bahaya ekonomi yang ditolak agama. Teknologi yang hanya menguntungkan korporasi alat berat dan industri besar bertentangan dengan prinsip pemerataan dalam Islam.
Solusi Partai X: Mekanisasi Berkeadilan, Petani Tetap Jadi Subjek
Partai X menawarkan langkah strategis agar mekanisasi tidak mematikan petani:
- Pembiayaan berbasis koperasi rakyat, bukan kredit komersial berat bunga.
- Pelatihan petani dan pemuda desa untuk mengoperasikan serta merawat alat.
- Memprioritaskan industri alat pertanian lokal untuk memperkuat ekonomi nasional.
- Pengawasan ketat CSR, agar benar-benar menyentuh petani dan bukan seremonial.
- Integrasi kebijakan pertanian dengan pemberantasan judi online dan penguatan moral ekonomi desa.
Penutup: Teknologi Harus Membela yang Lemah
Mekanisasi adalah keniscayaan. Tetapi Islam mengingatkan bahwa teknologi harus memperkuat manusia, bukan menggantikannya, kemajuan tidak boleh menggusur kelompok lemah, pembangunan sejati adalah yang mengangkat derajat petani
Jika negara ingin membangun pangan kuat, jawabannya bukan hanya mesin modern, tetapi petani yang diberdayakan, dilindungi, dan dihormati.
“Mekanisasi boleh berjalan, tapi kemanusiaan tidak boleh hilang,” tutup Prayogi.
Teknologi boleh maju, tetapi amanah kepada rakyat kecil tidak boleh mundur.