muslimx.id – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan permintaan maaf kepada publik terkait kekeliruan data bantuan beras untuk korban banjir di Sumatra. Ia menegaskan bahwa kegaduhan terjadi akibat kesalahan penulisan satuan yang membuat data terlihat jauh lebih kecil dari bantuan sebenarnya.
Amran menjelaskan bahwa bantuan beras dikirim dalam bentuk paket lima kilogram, bukan satu kilogram sebagaimana ramai dibicarakan. Kesalahan terjadi pada penulisan satuan paket, bukan pada jumlah bantuan. Ia menegaskan bahwa bantuan yang dikirim justru lebih besar dari yang tercatat, ditambah logistik lain yang diperlukan warga terdampak.
Amran juga meluruskan bahwa seluruh bantuan bersumber dari donasi pejabat dan mitra strategis, tanpa memakai anggaran negara. Ia menegaskan komitmennya untuk memecat siapa pun dalam waktu 24 jam jika terbukti melakukan penyimpangan atau korupsi dalam penyaluran bantuan.
Islam Mengingatkan: Amanah Data adalah Tanggung Jawab Besar
Dalam Islam, pengelolaan data publik—terutama dalam situasi bencana—merupakan amanah besar yang tidak boleh diremehkan. Ketidakakuratan data dapat menimbulkan keresahan, menghambat distribusi bantuan, bahkan membuka ruang fitnah dan ketidakpercayaan.
Al-Qur’an mengingatkan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan jangan (pula) kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu…” (QS. Al-Anfal: 27)
Ayat ini mempertegas bahwa amanah bukan hanya terkait harta, tetapi juga informasi, kebijakan, dan tanggung jawab kepada publik.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorang hingga ia jujur dan amanah.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menjadi penegasan bahwa ketepatan data bukan sekadar urusan teknis, tetapi bagian dari akhlak seorang pemimpin dan pelayan publik.
Kesalahan Data Tidak Boleh Terulang, Terlebih Saat Bencana
Situasi bencana adalah momen ketika masyarakat memerlukan kepastian, kejelasan, dan kecepatan. Kesalahan sekecil apa pun dalam data:
- dapat menunda bantuan,
- memicu kecurigaan publik,
- dan membuat masyarakat merasa tidak dihargai.
Islam menekankan bahwa siapa pun yang memegang amanah publik wajib berhati-hati dan memastikan setiap informasi yang diberikan benar dan bermanfaat.
Dalam QS. At-Taubah: 119, Allah memerintahkan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang jujur.”
Kejelasan data adalah bagian dari kejujuran yang diperintahkan agama.
Transparansi dan Ketelitian: Kunci Pelayanan Publik
Untuk mencegah kekeliruan serupa, pengelolaan bantuan harus dilakukan secara transparan dan terukur. Islam memberikan prinsip bahwa siapa pun yang diberi amanah harus menjalankannya dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunda dan tanpa meremehkan detail.
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam konteks ini, pemimpin kementerian, pejabat lapangan, hingga staf pencatat data semuanya memegang peran yang akan dipertanggungjawabkan.
Penutup: Amanah Itu Berat Jangan Sampai Diulang Kembali
Kesalahan data bantuan yang terjadi harus menjadi pelajaran penting bahwa amanah publik tidak boleh diabaikan, terlebih saat rakyat sedang kesulitan. Islam telah menekankan bahwa amanah adalah ujian moral sekaligus kewajiban spiritual.
Ke depan, ketelitian, keterbukaan, dan kejujuran harus menjadi standar tetap dalam penyaluran bantuan. Dengan menjaga amanah, negara dapat memperkuat kepercayaan rakyat dan memastikan bahwa setiap bantuan benar-benar sampai kepada mereka yang berhak.