muslimx.id – Maraknya proposal permintaan sumbangan untuk pembangunan masjid dan mushola, baik di jalanan maupun yang masuk ke kantor-kantor lembaga sosial, menimbulkan kecurigaan akan keaslian niat dari para penggalang dana tersebut. Kasus ini mengemuka setelah beberapa lembaga amil zakat dan tokoh masyarakat menyuarakan kekhawatiran akan adanya oknum yang memanfaatkan simbol agama demi keuntungan pribadi.
Salah satunya diungkap oleh Raya, seorang manajer pemberdayaan di sebuah Lembaga Amil Zakat nasional yang berkantor cabang di Malang. Ia menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, hampir setiap minggu lembaganya menerima proposal pembangunan masjid, terutama dari daerah-daerah yang jauh secara geografis.
“Kami curiga karena proposal itu datang dari pulau-pulau yang secara akal sehat sulit menjangkau kami. Sebagai lembaga yang mengelola dana umat, kami harus pastikan bahwa setiap rupiah berdampak positif,” ujar Raya.
Kecurigaan itu semakin kuat ketika Raya dalam sebuah perjalanan kerja melihat sekelompok orang di sebuah masjid sepi tengah menikmati nasi bungkus sambil membawa proposal-proposal serupa. Salah satu dari mereka dikenali sebagai orang yang sebelumnya pernah mengajukan proposal di kantornya.
Kisah serupa disampaikan oleh Marko, seorang dosen Universitas Jember. Ia menyebutkan telah melihat sebuah posko amal di jalan raya Lumajang-Jember selama lebih dari 20 tahun, namun tidak pernah terlihat pembangunan fisik yang signifikan dari mushola yang diklaim sebagai tujuan penggalangan dana.
“Saya kuliah tahun 2003 dan posko itu sudah ada. Sampai sekarang pun masih ada. Tapi musholanya tidak pernah terlihat,” ungkap Marko sambil tersenyum getir.
Fenomena ini juga ditangkap oleh Agus, seorang sales motor di wilayah Jawa Timur bagian timur. Salah satu pelanggannya yang bekerja di posko amal mengaku mendapat penghasilan harian dari menggalang dana dengan membawa proposal. Mereka mengklaim mewakili pembangunan masjid atau mushola, meskipun lokasinya sering kali tak bisa diverifikasi.
“Dia mengaku digaji harian. Tapi pembangunan yang dimaksud posisinya jauh dari posko. Tidak jelas juga apa benar-benar sedang dibangun atau tidak,” kata Agus.
Dalam Islam, pembangunan masjid adalah amalan besar yang dijanjikan pahala luar biasa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa membangun masjid karena Allah, walau sebesar tempat burung bertelur, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Namun, ketika amal ini dijadikan kedok untuk menipu, maka pelakunya tergolong dalam golongan orang yang sangat dibenci Allah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Muslim)
Penipuan atas nama pembangunan masjid, apalagi dengan membawa simbol-simbol Islam, merupakan bentuk penyalahgunaan amanah (khiyanah), yang termasuk dalam dosa besar.
Islam juga menekankan pentingnya tabayyun atau verifikasi sebelum memberikan bantuan, terutama dari dana umat. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka telitilah dengan cermat, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya…” (QS. Al-Hujurat: 6)
Hal ini mengindikasikan bahwa revolusi mental yang pernah digagas pemerintah, seharusnya lebih dari sekadar slogan. Harus ada pembinaan moral, edukasi agama, dan pemberdayaan ekonomi agar masyarakat tidak terjebak dalam praktik-praktik manipulatif yang justru merusak citra agama.
Penggalangan dana untuk pembangunan masjid adalah amalan mulia, namun harus dilakukan secara jujur, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat perlu lebih cerdas dan kritis dalam memberikan donasi. Sementara pemerintah dan lembaga sosial harus memperkuat sistem verifikasi dan edukasi agar semangat gotong royong tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.