Latih Pemimpin Pendidikan yang Berkarakter, Pandangan Islam atas Reformasi Kepemimpinan Sekolah

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id – Penggantian Program Guru Penggerak (PGP) oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Program Kepemimpinan Sekolah menuai berbagai tanggapan. Program baru ini menekankan penguasaan teknologi seperti coding dan kecerdasan buatan, dan membuka seleksi kepala sekolah tanpa syarat Sertifikat Guru Penggerak.

Menanggapi hal ini, Partai X melalui Anggota Majelis Tinggi-nya, Prayogi R. Saputra, menyampaikan kritik tajam. Menurutnya, kepemimpinan sejati tak bisa lahir dari pendekatan teknokratik semata. Dari sudut pandang Islam, kepemimpinan bukan hanya soal kompetensi administratif, melainkan soal akhlak, integritas, dan amanah terhadap umat.

Kepemimpinan dalam Islam: Tugas Mulia, Amanah Berat

Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin termasuk kepala sekolah bukanlah semata manajer sistem, melainkan pemegang amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, kepala sekolah harus memahami peran mereka tidak hanya sebagai pengelola teknologi atau kebijakan, tetapi juga sebagai pembina moral dan spiritual komunitas pendidikan.

Kurikulum Kepemimpinan Harus Berbasis Nilai

Partai X menyebutkan bahwa kepemimpinan tidak akan lahir dari kurikulum yang gagal memahami hakikat pendidikan. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam bahwa pendidikan harus mencetak manusia yang beriman dan berilmu. Allah SWT berfirman:

“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28)

Ayat ini menekankan bahwa ilmu dan akhlak tidak bisa dipisahkan. Kurikulum kepala sekolah seharusnya menanamkan nilai-nilai Islam, keadilan, dan kepemimpinan yang amanah, bukan hanya simulasi kepemimpinan digital.

Pendidikan Adalah Amanah, Bukan Karier

Partai X juga mengkritisi kecenderungan menjadikan pendidikan sebagai lintasan karier dan proyek administratif. Dalam Islam, pendidikan adalah ibadah dan sarana membentuk akhlak manusia. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan tidak pula kepada harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

Seorang kepala sekolah dalam Islam idealnya adalah pemimpin ruhani dan moral, yang mampu menanamkan nilai ketauhidan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial pada generasi muda.

Sekolah Sebagai Lembaga Peradaban

Inisiatif Partai X melalui Sekolah Negarawan untuk mencetak kepala sekolah sebagai penjaga peradaban sangat sejalan dengan ajaran Islam. Al-Qur’an menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan dan mencerdaskan, sebagaimana dalam firman Allah:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)

Ayat ini menandaskan bahwa misi pendidikan adalah membangun manusia yang sadar akan Tuhannya, bukan sekadar ahli dalam administrasi.

Penutup: Kepemimpinan yang Menghidupkan Nilai

Reformasi program kepemimpinan sekolah harus kembali kepada substansi: membentuk pemimpin yang jujur, adil, dan penuh kasih sayang, sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah ﷺ dalam mendidik para sahabat.

Kepala sekolah bukan hanya pengisi jabatan, tetapi penjaga masa depan generasi. Maka, sebagaimana ditegaskan Partai X, negara wajib membangun sistem yang menumbuhkan kepemimpinan dari nilai, bukan dari ambisi teknokratik.

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

Membangun kepemimpinan pendidikan yang berakar pada nilai adalah langkah nyata menuju kebangkitan peradaban.

Share This Article