muslimx.id – Dalam peringatan HUT ke-79 Bhayangkara, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pesan agar Polisi hadir sebagai kekuatan rakyat. Ia menegaskan, aparat kepolisian tidak cukup hanya profesional, tapi harus merasakan penderitaan rakyat, mendengar jeritan mereka, dan menjadi pelindung kelompok lemah, miskin, dan tertindas.
Presiden menyebut Polri sebagai “ujung tombak penjaga kekayaan bangsa” serta menekankan pentingnya komitmen Polri dalam visi Indonesia Emas. Perayaan ini dihadiri berbagai tokoh negara, menunjukkan dukungan terhadap Polri.
Dalam pandangan Islam, pidato dan seremoni tidak cukup jika tidak diiringi dengan perlindungan nyata kepada rakyat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika aparat disebut pelindung, maka ukuran kehadiran mereka bukan dari barisan seremoni, tapi dari sikap mereka saat rakyat datang mengadu.
Kritik Partai X: Dekat Rakyat Itu Bukan Gimmick
Partai X menilai, jika benar polisi diminta merasakan penderitaan rakyat, maka harus dimulai dari empati pada warga biasa, bukan hanya pelayanan khusus kepada pejabat.
“Kalau harus rasakan penderitaan rakyat, jangan malah jadi penyebabnya,” ujar Prayogi R. Saputra, anggota Majelis Tinggi Partai X.
Islam menegaskan: Aparat tidak boleh menjadi alat ketakutan. Dalam syariat, kekuasaan adalah alat untuk menegakkan keadilan, bukan alat untuk menjaga dominasi penguasa.
“Barang siapa yang membantu dalam kezaliman, maka Allah akan menurunkannya dalam kehinaan pada Hari Kiamat.” (HR. Ahmad)
Terlalu banyak kasus di mana aparat mengintimidasi rakyat yang menyuarakan kebenaran. Islam mengecam keras kekuasaan yang digunakan untuk membungkam, bukan mendengar.
Prinsip Partai X: Pemerintah Harus Hadir untuk Rakyat
Partai X menyatakan bahwa pejabat adalah pelayan umat, bukan pemilik kekuasaan. Mereka hanyalah sopir dari “bus bernama negara”, yang arah tujuannya ditentukan oleh kepentingan rakyat.
Dalam sistem Islam, kekuasaan adalah amanah dari Allah, bukan warisan kekuasaan. Negara wajib menjalankan fungsinya: menjamin keselamatan jiwa, harta, dan kehormatan rakyat.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak…” (QS. An-Nisa: 58)
Realitas di lapangan hari ini, rakyat masih sering melihat watak aparat yang represif dan diskriminatif, jauh dari gambaran pelindung umat.
Solusi Partai X: Sekolah Negarawan dan Reformasi Integritas
Partai X mengusulkan Sekolah Negarawan untuk membentuk aparat yang berpikir jernih dan adil. Islam juga mengajarkan hal yang sama, bahwa pemimpin harus dibina dengan ruh amanah, takwa, dan keberanian melawan kezaliman.
“Pemimpin yang adil adalah salah satu dari tujuh golongan yang akan Allah naungi di hari tiada naungan kecuali dari-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Partai X juga mendorong pembentukan Dewan Kedaulatan Rakyat Adhoc untuk mengawasi kinerja aparat. Dalam Islam, fungsi semacam ini dilakukan oleh hisbah: badan independen untuk memastikan aparat dan pejabat tidak keluar dari keadilan.
Dari Mikrofon ke Medan Nyata
Partai X menegaskan bahwa pidato Presiden tak boleh berhenti di podium. Islam pun menyerukan hal yang sama: kebenaran tidak cukup dibicarakan, tapi harus diwujudkan.
Polisi yang benar-benar “merasakan penderitaan rakyat” tidak hanya berdiri di panggung perayaan, tetapi menghapus air mata orang miskin, menghentikan pemukulan terhadap demonstran damai, dan mengayomi anak muda yang tertindas sistem.
“Sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai rakyatnya dan dicintai rakyatnya.” (HR. Muslim)