DPR Sibuk Bahas Konflik Global, Dahulukan Derita Umat

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id— Komisi I DPR RI kembali mengadakan rapat tertutup bersama Badan Intelijen Negara (BIN) guna membahas potensi dampak konflik global terhadap Indonesia, termasuk ketegangan Israel-Palestina, Rusia-Ukraina, dan China-Taiwan. Namun, di saat para pejabat fokus pada ancaman luar negeri, rakyat Indonesia justru bergulat dengan penderitaan harga pangan melonjak, dan konflik tanah makin meluas.

Negara Sibuk Konflik Global, Umat Tertinggal Lokal

Dalam Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penjaga meja diplomasi. Rasulullah SAW bersabda:

“Imam (pemimpin) adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam, Keamanan Dimulai dari Keadilan Sosial

Islam tidak hanya berbicara tentang keamanan fisik, tapi juga keamanan sosial, ekonomi, dan spiritual umat. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…” (QS. An-Nahl: 90)

Itulah sebabnya, pembangunan Islamibukan sekadar memantau ancaman militer asing, melainkan mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera di dalam negeri. Bila rakyat menderita karena pangan mahal dan akses pendidikan terbatas, maka tugas negara belum tertunaikan.

Islam Mewajibkan Negara Hadir di Tengah Derita Rakyat

Partai X mengingatkan, negara dalam pandangan Islam adalah wasilah (sarana) untuk menghadirkan keberkahan, bukan menara pengawasan global. Seperti dikatakanPrayogi R. Saputra, Direktur X-Institute:

“Jika pemerintah lebih takut pada konflik Israel-Iran daripada pada kemiskinan di NTT, Papua, dan pesisir, maka ini telah kehilangan arah fitrahnya sebagai pelindung umat. Memang perlu memikirkan konflik antar global tapi jangan lupakan konflik dalam negeri.”

Solusi: Pemerintah Harus Melayani, Melindungi dan Mengatur

Dalam dokumen prinsip Islaminya, Partai X menegaskan bahwa:

  1. Pemerintah wajib mengedepankan kebutuhan rakyat daripada kepentingan geopolitik.
  2. Fungsi pemerintahan adalah pelayan, bukan pemilik umat. Sama seperti khalifah, seorang pemimpin harus hidup sederhana dan berpihak pada yang tertindas.
  3. Fokus utama negara harus pada keadilan, kesejahteraan, dan akhlak publik, bukan pada perlombaan diplomatik atau opini internasional.

Ketika Umar bin Khattab RA menjabat sebagai khalifah, ia pernah berkata:

“Seandainya ada seekor keledai terperosok di Irak, aku takut Allah akan menanyakannya kepadaku: Mengapa engkau tidak memperbaiki jalan untuknya, wahai Umar?”

Lantas bagaimana jika hari ini manusia Indonesia mati karena kemiskinan, bom ikan, atau gagal mendapatkan layanan kesehatan, dan pemimpinnya sibuk rapat tertutup soal kekuasaan?

Sekolah Negarawan Partai X: Mendidik Pemimpin Berakhlak dan Membumi

Untuk menjawab kebutuhan akan kepemimpinan Islami, Partai X mendirikan Sekolah Negarawan yang mengajarkan bahwa:

  1. Kepemimpinan adalah taklif (beban tanggung jawab), bukan tasyriif (kehormatan).
  2. Setiap kebijakan harus berdasar nilai keadilan, kebaikan, dan maslahat rakyat.
  3. Fokus utama pemimpin adalah memakmurkan bumi dan melayani umat, bukan menjaga kekuasaan.

Jika konflik global jadi prioritas, sementara rakyat kehilangan nyawa dan penghidupan, maka negara telah gagal menjalankan fungsinya.

“Sungguh celaka pemimpin yang menoleh ke luar, namun membiarkan umatnya mati di dalam.”

Share This Article