Khutbah Jumat Edisi 18 Juli 2025: Empati Sosial sebagai Cermin Keimanan Seorang Muslim

muslimX
By muslimX
3 Min Read

Empati sosial adalah fondasi masyarakat yang sehat dan beradab. Dalam ajaran Islam, kepedulian terhadap sesama bukanlah pilihan, melainkan bagian dari konsekuensi iman. Islam tidak membenarkan seseorang yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri sementara tetangganya kelaparan, masyarakatnya tertindas, atau lingkungannya menderita.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)

Ayat ini menggambarkan keindahan akhlak orang-orang beriman mereka tidak memberi dari sisa, tetapi dari apa yang mereka cintai. Mereka tidak hanya bersimpati, tetapi bertindak. Inilah bentuk empati sejati yang Allah puji.

Kita hidup di zaman yang penuh dengan ujian sosial. Ketimpangan ekonomi, kesenjangan kesempatan, musibah yang menimpa saudara-saudara kita semuanya memanggil kita untuk bangkit sebagai umat yang peduli. Janganlah kita menjadi umat yang hanya kuat di ibadah ritual, tetapi lemah dalam ibadah sosial.

Mari kita menumbuhkan empati dalam diri kita dan keluarga kita. Ajak anak-anak kita untuk berbagi, tumbuhkan kepekaan pada penderitaan orang lain. Di lingkungan kita, perhatikan tetangga yang kesusahan, bantu mereka tanpa menunggu diminta.

Bahkan senyum dan salam kepada saudara kita adalah bentuk empati dan sedekah yang Allah catat sebagai kebaikan. Ingatlah sabda Nabi ﷺ:

“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
(HR. Tirmidzi)

Jamaah sekalian,

Marilah kita berdoa agar Allah menanamkan dalam hati kita empati yang sejati, menjauhkan kita dari kekerasan hati dan sifat egois. Kita mohon agar Allah menerima amal kita dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang lembut hati, peka terhadap penderitaan sesama, dan tanggap dalam kebaikan.

Doa Penutup dan Harapan

Semoga khutbah ini menjadi pengingat bahwa empati bukan sekadar perasaan, tetapi laku hidup seorang Muslim. Iman kita tidak hanya tercermin di sajadah, tetapi juga di meja makan yang kita bagi, di tangan yang kita ulurkan, dan di air mata yang kita seka dari wajah orang lain.

Ya Allah, ampunilah orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang penyayang, yang peduli kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. 

Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kesombongan, kebencian, dan iri hati. Tanamkanlah kasih sayang dan kelembutan dalam jiwa kami.

Mari pulang hari ini dengan niat untuk lebih peduli, lebih peka, dan lebih banyak berbuat baik. Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang bermanfaat bagi sesama dan diridhai oleh-Nya di dunia dan akhirat.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Share This Article