Indramayu Kaya Pangan tapi Rakyatnya Kekurangan, Islam Mengecam Ketimpangan dan Menjaga Hasil Bumi

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id Di tengah sawah luas dan ladang garam yang menghidupi jutaan rakyat Indonesia, fakta pahit terungkap Kabupaten Indramayu tetap berada di peringkat tertinggi kemiskinan di Jawa Barat. Data Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) mengungkapkan paradoks memilukan mengenai kekayaan pangan melimpah, tetapi rakyat setempat hidup dalam kekurangan.

Partai X mengecam ketimpangan ini sebagai bentuk nyata dari kelalaian negara dalam memenuhi hak-hak dasar rakyat, khususnya petani dan buruh tani. Dalam pandangan Islam, ketimpangan bukan sekadar kegagalan ekonomi, tapi kezaliman yang melanggar prinsip keadilan dan amanah kepemimpinan.

Islam Menolak Ketimpangan: Tanah dan Kekayaan Bumi Milik Umat, Bukan Segelintir Kelompok

Allah SWT menegaskan:

“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Ayat ini menjadi dasar utama bahwa sumber daya tidak boleh dikuasai segelintir pihak, apalagi dengan cara yang menindas rakyat kecil. Indramayu sebagai lumbung padi dan garam nasional seharusnya menjadi wilayah makmur, bukan sarang kemiskinan.

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka pewaris.” (QS. Al-Qashash: 5)

Islam berpihak pada mustadh’afin (yang dilemahkan secara sistemik). Ketika mereka dizalimi oleh kebijakan yang tak adil, negara tak hanya abai, tapi berdosa.

Kepemimpinan dalam Islam: Amanah yang Berat, Bukan Jabatan yang Dipuja

Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesejahteraan petani bukanlah urusan teknis semata, tapi tanggung jawab syar’i para pemegang kekuasaan. Seorang pemimpin yang lalai menyejahterakan rakyatnya akan dimintai hisab yang berat di hadapan Allah SWT.

Lebih dari itu, Rasulullah SAW juga bersabda:

“Tidaklah seorang hamba yang diberi amanah untuk memimpin manusia, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali Allah haramkan surga baginya.” (HR. Bukhari, no. 6731)

Kritik Tegas dan Solusi Nyata dari Partai X

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R. Saputra, menyatakan bahwa:

“Ketimpangan di Indramayu bukan karena rakyat tidak bekerja keras, tapi karena kebijakan yang timpang, birokrasi yang korup, dan sistem yang menindas. Kita tidak butuh program karitatif, kita butuh keadilan struktural.”

Kesimpulan: Negara Tak Boleh Diam, Islam Tak Menerima Kezaliman

Kemiskinan di Indramayu adalah simbol kegagalan struktural. Ini bukan takdir, tapi hasil dari sistem yang salah arah.

Islam memerintahkan pemimpinnya untuk adil, berpihak pada yang lemah, dan menjamin hak atas hasil kerja manusia. Negara yang membiarkan ketimpangan berarti membiarkan kezaliman berjalan di atas bumi.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90)

Partai X menyeru kepada seluruh pemangku kepentingan: cukup sudah rakyat tertindas di atas tanahnya sendiri. Keadilan adalah fondasi keberkahan, dan kebijakan yang adil adalah bentuk nyata ibadah sosial.

Share This Article