RW Gen Z dan Gibran, Islam Tanya Panggung Kekuasaan atau Musyawarah?

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id  – Tri Krisna Mukti, pemuda 20 tahun yang menjabat sebagai Ketua RW 02 Pademangan Barat, menuai sorotan usai diundang bertemu Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Jumat (25/7/2025). Pertemuan itu digadang sebagai representasi “anak muda di panggung kekuasaan”, namun tak sedikit pula yang melihatnya sebagai simbol tanpa substansi.

Dalam pertemuan tersebut, Gibran menyampaikan dukungan bagi keterlibatan generasi muda dalam pemerintahan. Namun, Partai X mempertanyakan apakah itu sungguh mewakili transformasi demokrasi atau hanya panggung pencitraan baru dalam balutan generasi.

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyambut semangat pertemuan itu tetapi menilai substansi jauh lebih penting dari seremonial.

“Demokrasi tidak lahir dari panggilan istana, tetapi dari ruang-ruang musyawarah rakyat yang terbuka. Yang dibutuhkan adalah sistem yang berpihak, bukan sekadar momen yang dikemas indah,” tegasnya.

Rinto mengingatkan, keterlibatan generasi muda seharusnya bukan sebagai dekorasi kekuasaan, tapi bagian dari ikhtiar membangun pemerintahan yang adil dan amanah.

“Jangan jadikan anak muda sebagai alat legitimasi, sementara suara mereka tidak pernah benar-benar didengar.”

Kepemimpinan dalam Islam: Amanah, Bukan Panggung

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sementara itu, prinsip syura atau musyawarah ditegaskan dalam Al-Qur’an:

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima seruan Tuhannya… dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka…” (QS. Asy-Syura: 38)

Bagi Partai X, makna musyawarah sejati adalah ketika semua warga negara, termasuk pemuda dan rakyat kecil, benar-benar dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan  bukan hanya diajak berswafoto di istana.

Solusi Partai X: Demokrasi yang Bersandar pada Syura dan Amanah

Untuk membangun sistem pemerintah yang Islami dan berkeadilan, Partai X mengusulkan:

  1. Pendidikan Politik Berbasis Akhlak dan Keadilan
    Kurikulum kewarganegaraan harus diajarkan sejak dini dengan basis nilai Islam dan tanggung jawab sosial, bukan sekadar loyalitas partai.
  2. Transparansi sebagai Bagian dari Iman
    Anggaran negara wajib diumumkan secara terbuka karena dalam Islam, amanah tidak boleh disembunyikan.
  3. Seleksi Pemimpin Berdasarkan Kapasitas, Bukan Koneksi
    Generasi muda harus mendapat ruang kepemimpinan berdasarkan kompetensi dan integritas, bukan popularitas atau kedekatan.
  4. Forum Musyawarah Terbuka dari Desa hingga Negara
    Negara harus memfasilitasi musyawarah rakyat di semua jenjang untuk mendengar, bukan hanya bicara.

Penutup: Jangan Jadikan Rakyat Figuran dalam Kekuasaan

Partai X menekankan bahwa rakyat adalah subjek utama dalam negara, bukan objek penonton dalam drama politik. Jika pemuda hanya digunakan sebagai tameng citra, tanpa perubahan sistem, maka kita sedang memanipulasi harapan.

“Kepemimpinan sejati bukan soal viral, tapi soal keberpihakan. Dalam Islam, yang paling mulia adalah yang paling jujur menjaga amanah,” tutup Rinto.

Partai X mengajak agar seluruh umat Islam untuk menghidupkan kembali prinsip syura dalam politik, menjadikan rakyat sebagai mitra, bukan figuran, serta membangun demokrasi yang berpijak pada akhlak dan amanah.

Share This Article