muslimx.id— Pemerintah sering mengangkat pertumbuhan ekonomi sebagai bukti keberhasilan. Namun Islam mengajarkan bahwa keberhasilan tidak hanya diukur dari angka, tetapi dari keadilan dan seberapa jauh kesejahteraan itu benar-benar menyentuh rakyat. Jika ekonomi tumbuh tetapi rakyat masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka pertumbuhan itu hanya menjadi milik segelintir orang, bukan seluruh bangsa.
Dalam Islam, pertumbuhan yang tidak menghadirkan keadilan adalah pertumbuhan yang kehilangan rohnya.
Ketimpangan yang Kian Melebar: Pertanda Buruk bagi Keadilan
Angka investasi dan ekspansi industri mungkin terlihat menjanjikan, tetapi kesenjangan pendapatan justru semakin terbuka. Lapangan kerja layak semakin sulit, sementara pekerjaan informal justru membengkak. Di kota besar, biaya hidup naik lebih cepat dari pendapatan; di desa, layanan dasar masih jalan di tempat.
Islam menegaskan bahwa ketimpangan yang dibiarkan adalah bentuk kezaliman struktural. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa suatu kaum bisa celaka jika kekayaan hanya berputar di antara kelompok tertentu.
Pertumbuhan yang tidak merata bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal moral dan keberpihakan negara.
Pembangunan yang Tidak Berangkat dari Kebutuhan Rakyat
Pemerintah sering memprioritaskan pembangunan fisik berskala besar. Namun Islam mengajarkan bahwa pembangunan sejati adalah ketika kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi: pangan terjangkau, layanan kesehatan mudah diakses, pendidikan berkualitas, dan lingkungan yang aman.
Jika pembangunan terlihat megah dari jauh tetapi rapuh dari dekat, itu tanda bahwa arah kebijakannya tidak berpihak pada rakyat.
Pertumbuhan angka ekonomi tidak berarti apa-apa bila suara rakyat tenggelam oleh narasi besar pembangunan.
Kebijakan yang Memihak Pertumbuhan, Tapi Mengorbankan Pemerataan
Ketika perizinan dipermudah bagi usaha besar tetapi UMKM justru penuh hambatan, berarti kebijakan kehilangan ruh keadilannya. Ketika ekspor meningkat tetapi petani merugi, ketika industri tumbuh tetapi upah buruh stagnan itu bukan hanya masalah ekonomi, tetapi masalah amanah.
Allah menegaskan bahwa pemimpin adalah penjaga amanah rakyat. Jika kebijakan hanya menguntungkan yang kuat, maka ada amanah yang terabaikan.
Setiap kenaikan harga pangan, biaya kesehatan, dan pendidikan selalu berujung pada penderitaan rakyat. Mereka harus menanggung beban ketidakadilan kebijakan, sementara laporan resmi menyatakan ekonomi sedang stabil.
Islam mengingatkan bahwa kemakmuran tidak sah disebut “kemakmuran” jika tidak dirasakan oleh rakyat jelata. Keadilan sosial seharusnya hadir di meja makan rakyat, bukan hanya dalam pidato pejabat.
Solusi: Pertumbuhan Harus Menyatu dengan Pemerataan
Dalam perspektif Islam, pembangunan harus menegakkan tiga nilai utama: keadilan, kemaslahatan, dan amanah. Negara wajib memastikan bahwa setiap kebijakan ekonomi mengangkat yang lemah, bukan hanya menguntungkan yang kuat. Beberapa langkah penting yang harus ditempuh:
- Memperkuat sektor yang menyerap tenaga kerja luas
Pertanian, UMKM, perikanan sektor yang langsung dirasakan rakyat harus menjadi prioritas. - Menjamin stabilitas harga kebutuhan pokok
Distribusi harus transparan, pengawasan diperketat, dan mafia pangan diberantas. - Menjamin akses adil pada kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial
Ini bukan bantuan, tetapi hak rakyat. - Regulasi dan insentif yang berpihak pada ekonomi rakyat
Tidak boleh ada kebijakan yang membuat usaha kecil tersingkir oleh usaha besar. - Partisipasi publik dalam perumusan kebijakan ekonomi
Rakyat harus menjadi subjek pembangunan, bukan sekadar penonton.
Kesimpulan: Pertumbuhan Tanpa Keadilan adalah Kekeliruan Arah
Pertumbuhan ekonomi hanya berarti jika ia mengurangi kesenjangan, bukan menambahnya. Dalam Islam, kesejahteraan tidak hanya soal peningkatan angka, tetapi soal pemerataan nikmat Allah untuk seluruh rakyat.
Jika pertumbuhan tidak menghadirkan keadilan, maka negara harus mengevaluasi arah kebijakannya. Ekonomi bukan hanya laporan statistik tetapi realitas hidup masyarakat.
Pertumbuhan yang adil adalah syarat mutlak bagi masa depan bangsa, dan Islam menempatkannya sebagai pilar utama dalam mewujudkan negara yang amanah dan penuh keberkahan.