Banjir Sumatera Ungkap Ketidaksiapan Negara, Islam Ingatkan: Pemimpin Wajib Sigap, Amanah, dan Melindungi Rakyat

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id  — Pengakuan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian bahwa pemerintah belum sepenuhnya siap menghadapi banjir besar di Sumatera menjadi tamparan serius bagi sistem penanggulangan bencana nasional. Banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terjadi cepat, namun peringatan dini dari BMKG sudah dikeluarkan berulang kali sejak delapan hari sebelumnya.

BMKG menyebut peringatan terkait siklon tropis Senyar telah diberikan sebelum, hingga dua hari menjelang pembentukan siklon. Beberapa daerah merespons, namun banyak yang lambat dan di situlah bencana memperluas dampaknya.

Partai X: Negara Tidak Boleh Kalah oleh Bencana

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menilai pengakuan Mendagri harus menjadi momentum evaluasi nasional. Ia menegaskan bahwa tugas negara melindungi, melayani, dan mengatur rakyat tidak boleh dikalahkan oleh kelalaian atau lemahnya koordinasi.

Partai X menekankan bahwa negara kuat adalah negara yang sigap, berpihak, dan berorientasi pada keselamatan rakyat.

Islam Mengingatkan: Amanah Kekuasaan Adalah Kewajiban Melindungi Nyawa

Dalam Islam, amanah kekuasaan adalah tanggung jawab yang sangat berat. Allah menegaskan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)

Ketidaksiapan negara dalam menghadapi bencana bukan sekadar kesalahan teknis; ia adalah kelalaian terhadap amanah yang menyangkut keselamatan jiwa sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam syariat.

Nabi SAW bersabda:

“Imam (pemimpin) adalah pengurus dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ketika peringatan dini telah jelas, namun penanganan lambat, maka itu menjadi bentuk kegagalan menjalankan amanah.

Islam mengajarkan penggunaan ilmu, data, dan tanda-tanda alam sebagai dasar kebijakan. Ketika lembaga teknis memberikan peringatan, negara wajib merespons cepat. Mengabaikannya termasuk bentuk kelalaian yang bertentangan dengan prinsip maslahah (kemaslahatan umum).

Koordinasi yang lemah antara pusat dan daerah menjadikan bencana lebih parah padahal Islam mengajarkan:

“Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisa: 59)

Ayat ini mengandung makna pentingnya sinergi dan kepatuhan dalam struktur kepemimpinan.

Solusi Partai X: Reformasi Sistem Kedaruratan Nasional

Partai X menawarkan reformasi strategis yang sejalan dengan prinsip amanah dalam Islam:

  1. Pusat Komando Bencana Terpadu Berbasis Teknologi
    Agar setiap daerah terhubung satu sistem data bencana nasional.
  2. Kewajiban Respons Cepat Daerah
    Tidak boleh ada penundaan ketika peringatan sudah dikeluarkan.
  3. Pendidikan Kebencanaan untuk Aparat dan Masyarakat
    Sebagaimana Islam mewajibkan tindakan preventif (dar’u al-mafasid).
  4. Integrasi Data Hidrologi dalam Perencanaan Wilayah
    Pembangunan harus mengikuti mitigasi jangka panjang, bukan sekadar proyek.

Penutup: Negara Harus Bangkit, Rakyat Tidak Boleh Menjadi Korban yang Sama

Partai X menegaskan bahwa banjir Sumatera harus menjadi titik balik. Negara tidak boleh mengulangi kelalaian yang sama. Bencana akan datang, tetapi kelalaian manusia tidak boleh menjadi penyebab korban yang sebenarnya dapat dicegah.

Islam menegaskan bahwa negara kuat adalah negara yang berdiri paling depan dalam melindungi setiap warganya. Dan amanah itulah yang harus ditunaikan hari ini, bukan nanti.

Share This Article