Berita Islam Hari Ini: Sejarah Dunia dalam Perspektif Islam

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id – Sepanjang sejarah, dunia telah menyaksikan bangkit dan runtuhnya berbagai peradaban besar. Dari kaum ‘Ād dan Tsamūd di Jazirah Arab, Mesir Kuno, Babilonia, hingga Roma dan Yunani, semua pernah mencapai puncak kejayaan namun kemudian sirna. Dalam pandangan Islam, kehancuran peradaban ini bukan semata akibat faktor ekonomi, tetapi karena hilangnya kesadaran akan tauhid dan kerusakan moral yang meluas.

Peradaban yang Dihancurkan: Kisah Kaum ‘Ād dan Tsamūd

Al-Qur’an mengisahkan dengan tegas tentang umat-umat terdahulu yang dibinasakan karena kesombongan dan kedurhakaan mereka kepada Allah SWT. Salah satu contohnya adalah kaum ‘Ād, yang hidup setelah Nabi Nuh dan dikenal memiliki kekuatan luar biasa serta arsitektur yang megah.

Allah berfirman:

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ād, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain?” (QS. Al-Fajr: 6–8)

Namun kejayaan itu runtuh karena mereka menolak dakwah Nabi Hud dan tetap dalam kesombongan. Mereka dihancurkan dengan angin yang sangat dingin dan kencang selama tujuh malam delapan hari.

Demikian pula dengan kaum Tsamūd, yang mengingkari Nabi Shaleh dan menyembelih unta betina mukjizat dari Allah. Mereka dibinasakan oleh suara yang mengguntur dari langit.

“Dan adapun Tsamūd, mereka telah dibinasakan dengan suara yang mengguntur.” (QS. Al-Haqqah: 5)

Pandangan Islam terhadap Kejayaan Dunia

Islam mengajarkan bahwa kejayaan duniawi semata tidak menjadi ukuran keberhasilan hidup. Ketika manusia mulai meninggalkan nilai-nilai keadilan, ketakwaan, dan tauhid, maka kehancuran menjadi keniscayaan, meski peradaban tersebut terlihat kuat dari luar.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah memberi tangguh (menunda azab) kepada orang yang zalim. Namun bila Allah telah mengazabnya, maka Dia tidak akan melepaskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa kelanggengan sebuah kekuasaan bukan berarti Allah meridhainya, melainkan bisa jadi merupakan bentuk istidraj (penangguhan sebelum azab), agar manusia sadar dan kembali kepada-Nya.

Pelajaran dari Kehancuran Peradaban

Islam bukan hanya agama yang berbicara soal ibadah, tetapi juga peradaban. Rasulullah SAW membangun Madinah bukan hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga pusat keadilan, etika sosial, ekonomi yang berlandaskan kejujuran, dan kepemimpinan yang adil.

Ketika sebuah bangsa atau peradaban mulai membiarkan:

  • Kezaliman merajalela,
  • Moralitas hancur,
  • Ketamakan menggantikan keadilan,
  • Dan syirik serta kufur menggeser iman dan tauhid,

maka mereka sedang menggali lubang kehancurannya sendiri.

Allah memperingatkan:

“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu ketika mereka berlaku zalim, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak (mau) beriman. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa.” (QS. Yunus: 13)

Refleksi untuk Umat Islam Saat Ini

Umat Islam hari ini perlu belajar dari sejarah dunia dan memahami bahwa Islam hadir bukan hanya untuk memperbaiki akidah, tetapi juga untuk membimbing peradaban. Ketika nilai-nilai Islam diterapkan: kejujuran, amanah, keadilan, tanggung jawab sosial maka umat akan menjadi rahmat bagi semesta (rahmatan lil ‘alamin).

Namun bila umat Islam sendiri mulai meninggalkan prinsip-prinsip itu, maka kita bisa jatuh pada kesalahan yang sama dengan umat-umat terdahulu.

“Umatku akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum mereka sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi pengingat agar umat tidak mengulang kesalahan sejarah, mengidolakan peradaban tanpa iman, membangun dunia tanpa akhirat.

Islam memandang sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, tapi pelajaran hidup untuk masa depan. Peradaban yang hebat secara fisik bisa hancur jika kehilangan ruh spiritualnya. Maka, menjaga tauhid, keadilan, dan akhlak adalah syarat mutlak agar umat tidak mengulangi tragedi sejarah yaitu, punah dalam kehormatan namun kosong dari iman.

Share This Article