muslimx.id – Rencana peluncuran Sekolah Rakyat oleh pemerintah dengan pemetaan karakter siswa berbasis artificial intelligence (AI) menuai beragam tanggapan. Dari sudut pandang Islam, kemajuan teknologi memang patut disyukuri, namun harus diikat dengan nilai keberpihakan dan kemanusiaan.
Dalam Islam, pendidikan adalah amanah besar untuk membentuk manusia yang beriman, berilmu, dan bertanggung jawab terhadap umat. Maka, sekadar pemetaan potensi lewat gadget dan aplikasi tidak cukup jika tidak dibarengi dengan kehadiran guru yang membina hati dan akhlak.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Teknologi Boleh Canggih, Tapi Pendidikan Harus Menyentuh Jiwa
Islam memandang manusia sebagai makhluk mulia yang tidak bisa direduksi hanya menjadi data, grafik, atau angka statistik. Anak-anak bukan algoritma, dan sekolah bukan pabrik bakat.
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya.” (Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu)
Namun didikan yang dimaksud bukan hanya kecakapan keterampilan, tetapi keluhuran jiwa dan ketajaman nurani. AI hanya bisa membaca data, tapi tidak bisa menumbuhkan empati, iman, dan kesungguhan hidup.
Islam Tegaskan: Pendidikan Harus Adil, Bukan Elitis
Jika aplikasi dan pemetaan potensi hanya bisa dinikmati oleh mereka yang punya akses gadget, listrik stabil, dan jaringan internet, maka yang terjadi adalah digitalisasi ketimpangan.
Islam mengajarkan bahwa hak belajar adalah hak seluruh anak manusia, bukan hanya yang masuk algoritma.
“Barangsiapa yang mengambil ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama atau berdebat dengan orang bodoh, atau untuk menarik perhatian manusia, maka ia di neraka.” (HR. Ibnu Majah)
Sekolah harus menjadi ladang pembebasan dari kemiskinan, bukan menjadi alat seleksi sosial baru.
Sekolah Rakyat dalam Islam: Membina Generasi Rabbani
Dalam pandangan Islam, sekolah bukan hanya untuk menyiapkan tenaga kerja, tetapi untuk membentuk generasi rabbani, mereka yang berilmu dan bertakwa, serta mampu memimpin umat.
“Jadilah kamu rabbaniyyin, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan karena kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran: 79)
Maka, guru bukan sekadar penyampai materi, tapi murabbi ruhani, pembina karakter, penjaga adab, dan penggerak sosial. Islam menghendaki agar pendidikan turun ke bumi, menyatu dengan realitas rakyat, bukan hanya terpampang di layar canggih.
Seruan Islam: Pemerintah Wajib Hadir, Tak Cukup Serahkan ke Aplikasi
Islam mewajibkan pemerintah untuk melindungi dan memfasilitasi pendidikan bagi seluruh rakyat. Pemerintah tidak cukup hanya mengeluarkan program, tapi juga harus:
- Menjamin akses gizi dan kesehatan bagi siswa.
- Memberi honor layak bagi guru, bukan menggantungkan mereka pada insentif proyek.
- Memastikan pengawasan pendidikan dilakukan oleh masyarakat, bukan hanya oleh kementerian.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam Membangun Peradaban dari Akar
Jika Sekolah Rakyat ingin melahirkan generasi emas 2045, maka Islam mengingatkan: jangan hanya mulai dari teknologi, tapi mulai dari tanah, dari realitas, dari nurani, dari desa-desa.
Karena dalam Islam, pendidikan adalah ibadah, perjuangan, dan proyek kehidupan, bukan hanya manajemen sistem.
“Ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah.” (Al-Hadits)